BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Hampir semua studi tentang manusia dan kehidupannya,
selalu berhubungan dengan komunikasi. Komunikasi memang selalu ada pada setiap
kegiatan manusia. Banyak ahli yang membahas bidang sosial yang selalu menyentuh
bidang komunikasi, baik ia ditempatkan sebagai bidang kajian maupun hanya
sebagai salah satu aspek atau sudut pandang saja. Dipihak lain, jika orang
berbicara komunikasi, tentu menyangkut informasi didalamnya. Sebab pesan-pesan
komunikasi yang digagaskannya adalah informasi. Informasi memang selalu ada
pada setiap peristiwa komunikasi.
Seperti halnya informasi hiburan masyarakat atau
yang biasa kita kenal dengan INFOTAINMENT, informasi hiburan ini layak tidak
disebut sebagai informasi yang benar untuk masyarakat? Sedangkan infotainment
di Indonesia identik dengan acara televisi yang menyajikan berita selebritis
bukannya informasi hiburan yang sesungguhnya. Tetapi bagaimana sebenarnya
masyarakat kita mendefinisikan infotainment di atas nilai-nilai yang sedang
bergeser.
B.
Rumusan masalah:
Adapun rumusan masalah
dari proposal penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
minat ibu rumah tangga dalam menonton tayangan infotainment ?
2.
Apakah
persepsi ibu rumah tangga mengenai tayangan infotainment ?
C.
Tujuan:
Adapun tujuan
dari proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui bagaimana minat ibu rumah tangga terhadap tayangan infotainmen.
2.
Untuk
mengetahui persepsi tayangan hiburan/infotainmen bagi ibu rumah tangga.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Penelitian Yang Relevan Sebelumnya
Penelitian yang relevan sebelumnya adalah penelitian
mengenai “hubungan antara menonton tayangan infotainmen ditv dan agenda
komunikasi ibu rumah tangga di Makassar” oleh Nurmihailoa Nabiu Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Hasanuddin yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara menonton tayangan infotainment di televisi dan agenda
komunikasi ibu rumah tangga di kota Makassar.
ü Perbandingan
Penelitian:
Penelitian sebelumnya menggunakan metode penelitian
yang dilakukan dalam tekhnik pengumpulan data adalah data sekunder dan Penarikan
sampel dalam penelitian sebelumnya berdasarkan Cluster Sampling (area sampling)
dengan teknik Random Sampling (sampel acak) dimana peneliti akan menyeleksi
atau mengelompokkan populasi atau sampel ke dalam beberapa kelompok atau
kategori,kemudian akan diacak untuk menentukan sampel yang akan dituju.
Sedangkan dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data menggunakan dua jenis yakni data primer dan sekunder dan
penarikan sampel dalam penelitian ini adalah cara Sampel purposif (purposive
sampling) yakni Memilih orang-orang tertentu dg pertimbangan: Mewakili
statistik, tingkat signifikansi, prosedur pengajuan hipotesis.
B.
Pengaruh
Pada Presepsi
Seperti yang telah diketahui
sebelumnya, presepsi dipengaruhi oleh sejumlah factor psikologis, termasuk
asumsi-asumsi yang didasarkan pada
pengalaman masa lalu (yang sering terjadi pada tingkat bawa sadar). (Werner J.Severin-James W.Tankard,Jr. 2009)
C.
Persepsi
Persepsi adalah menjadi sadar terhadap beberapa
stimulus yang ada di sekitar kita; Kedua, (1) persepsi merupakan proses
neurologis ketika sensoris stimulus diterima, di ketahui, dan diakui sebagai
makna yang sederhana; (2) istilah yang biasa dipakai untuk menjelaskan control sensoris
terhadap sesuatu yang kompleks seperti perilaku yang diinferensi dari perilaku
lain; dan (3) suatu peristiwa internal yang bersifat hipotesis yang mempunyai
sifat yang tidak menentu, namun yang di kendalikan oleh sebagian besar
rangsangan dari luar (kadang-kadang dipengaruhi oleh variabel seperti kebiasaan
dan dorongan). Persepsi ini penting untuk mengontrol kebenaran suatu perilaku.
Persepsi merupakan proses dimana individu memilih,
mengorganisasi, dan menginterpretasi apa yang di bayangkan tentang dunia di
sekelilingnya, jadi dengan mepersepsi setiap individu memandang dunia berkaitan
dengan apa yang dia butuhkan, apa yang dia nilai, apakah sesuai dengan
keyakinan dan budayanya. Semua kebutuhan yang ingin di penuhi ini membuat
persepsi individu menjalani suatu proses personal yang rumit, karena apa yang
dia persepsikan itu sangat tergantung dari sejauh mana beragam factor pembentuk
persepsi, antara lain masa lalu individu. Pengalaman masa lalu tersebut rupanya
telah membekas lalu membentuknya untuk memandang sesuatu, memandang seseorang
atau suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu. Karena setiap individu dapat
melihat suatu objek yang sama namun dengan cara yang berbeda.
Persepsi setiap orang juga berbeda-beda sesuai dengan
makna yang dia berikan kepada “sesuatu”, kepada seseorang atau kepada
peristiwa. Disini penting untuk di catat bahwa semua manusia tidak dapat
mengelak persepsi yang mempengaruhi komunikasi. Jika seorang pengirim membagi
maksud tertentu kepada penerima, maka suka atau tidak suka penerima akan
menerima informasi yang diberikan pengirim. (Alo Liliweri.2011)
D.
Jenis
Jenis Perepsi
·
Persepsi Diri
Persepsi diri individu (self perception) merupakan
cara seseorang menerima diri sendiri berbasis pada self esteem (apa yang
dikagumi) sejauh mana objek yang dipersepsi itu bernilai bagi dia, misalnya apa
yang dia yakini sebagai sesuatu yang akan memberikan rasa nyaman atau mungkin
tidak nyaman. Konsep diri atau self concept itu dibentuk dari bagaimana
individu berpikir tentang orang lain dan menerimanya, bagaimana individu
diterima oleh kelompok tertentu atau yang berbasis manfaat self effacy (asas
manfaat) dari informasi yang dia terima.
·
Persepsi
Lingkungan
Persepsi lingkungan di bentuk berdasarkan konteks
dimana informasi itu diterima. (Alo Liliweri.2011:
hlm 160)
E.
Berita
·
Syarat
Dan Nilai Berita
Tidak semua informasi atau yang masuk dalam ke telinga
redaksi memiliki syarat dan kelayakan untuk menjadi berita. Informasi yang
tidak bisa menjadi berita berakhir sebagai desas desus atau gosip belaka.
Gosip adalah informasi yang tidak bisa di buktikan
kebenarannya alias tidak adanya fakta atau peristiwa. Adapun berita adalah
informasi yang memiliki fakta peristiwa dan terkomfirmasi kebenaran fakta
peristiwanya.
(Budi Imam
Hartono.2012: hlm 3)
Peristiwa tertentu memiliki nilai berita karena:
Ekslusifitas peristiwa dan narasumbernya, Ketokohan (profil), Proksimitas,
Trend dan pertama terjadi.
·
Berita
Ekslusif
Ekslusif diukur dari nilai peristiwa narasumbernya.
Berita ekslusif adalah berita yang meliput peristiwa besar, actual dan
merupakan momentum yang sekali terjadi serta tidak dimiliki wartawan atau media
lain. Narasumber ekslusif adalah narasumber utama peristiwa, atau saksi mata
peristiwa yang berhasil di wawancarai wartawan/media secara khusus. Dengan kata
lain, tidak ada wartawan/media lain yang berhasil mendapatkan
wawancara dari narasumber itu. Jadi, bukan ekslusif seperti yang biasa
diklaim infotainment bernuansa misteri.
·
Ketokohan
Semakin terkenal seseorang, semakin tinggi nilai orang
itu untuk menjadi berita. Ketenaran seseorang juga harus diukur dengan
prestasi, warna perjalanan hidup dan selalu aktualnya dia.
Selebrity seperti Ahmad Dhani yang memiliki “nilai
jual” yang tinggi sebagai berita dibandingkan dengan Shinta-Jhojo misalnya.
Karena meskipun Shinta-Jhojo sedang menjadi fenomena dan perbincangan hangat di
masyarakat dengan prestasi dan kontroversi yang melekat pada dirinya, Ahmad
Dhani lebih kuat nilai ketokohannya.
·
Proksimitas
Kedekatan peristiwa dengan kehidupan sehari-hari
masyarakat luas merupakan daya tarik tersendiri bagi pemirsa televisi.
Kedekatan itu juga termasuk kedekatan lokasi peristiwa dengan masyarakat daerah
tersebut.
·
Trend
Trend yang sedang terjadi di dunia fashion, music,
film atau apapun juga menjadi salah satu daya tarik berita. Misalnya model
rambut asimetris ala Maia Estianty pernah menjadi trend di dunia hiburan. Bukan
hanya masyrakat awam, sejumlah artis pun memotong rambutnya ala mantan istri
Ahmad Dhani tersebut.
·
Unik
Berita tentang keunikan peristiwa, atau keesentrikan
tokoh juga memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi mayarakat luas untuk
mengikutinya. Kisah ini pernah terjadi pada pemberitaan (alm) Mbah Surip,
pengamen bulungan Jakarta Selatan ini tiba-tiba menjadi pusat perhatian masyarakat
ketika perjalanan hidupnya di angkat dalam pemberitaan infotainment.
(Alm) Mbah
surip adalah tokoh unik sekaligus esentrik. Selain dandanannya yang esentrik,
dengan rambut gimbal dan Rastafara, filosofi hidup Mbah surip yang nomaden juga
menarik. Ia memiliki keesentrikan pada kebiasaannya meminum kopi sampai 20
gelas per hari. Kata Mbah “minum kopi, bikin awet hidup”.
·
Pertama
Kali Terjadi
Peristiwa yang baru pertama kali terjadi juga menarik
untuk disaksikan. Misalnya, kisah Shinta-Jhojo yang mendadak terkenal setelah
mereka mengunggah video clip shinch Keong Racun di Youtube. Kisah Shinta-Jhojo
sukses menjadi penyanyi dengan cara seperti itu baru pertama kali terjadi di
dunia hiburan nasional. (Budi Imam
Hartono.2012: hlm 3)
F.
Sumber Informasi
Setiap sumber liputan/berita yang menjadi bahan bakar
proses produksi pemberitaan. Sumber informasi adalah bagian lain yang tidak
kalah pentingnya. Sumber informasi terdiri atas sumber aktif dan pasif.
·
Sumber
Informasi Pasif
Yang dimaksud dengan sumber informasi pasif
adalah data yang diperoleh dari buku,
internet maupun media cetak. Misalnya foto tentang pernikahan Mayangsari dan
Bambang Trihadmodjo. Dari foto yang menjadi bukti fakta peristiwa liputan
dimulai. Tinggal mengembangkan kisah dibalik peristiwa dalam foto itu degan
mencari keterangan sumber-sumber terkait, lokasi, dan tanggal peristiwa.
Berita dari portal internet juga bisa dikembangkan
menjadi berita baru yang lebih lengkap dan menyeluruh. Misalnya, berita tentang
penangkapan artis dalam kasus narkoba. Berita ini tentunya masih sangat mungkin
untuk dikembangkan menjadi berita yang investigatif.
·
Sumber
Informasi Aktif
Yang disebut sumber informasi aktif adalah
manusia/orang yang bisa memberikan informasi yang dijadikan bahan liputan.
Sumber informasi aktif dating dari:
1.
Narasumber
(artis) itu sendiri
2.
Orang
yang kerja dengan nara sumber (artis)
3.
Lingkungan
kerja narasumber (artis)
Dan lain-lain. (Budi
Imam Hartono.2012: hlm 6)
G.
Infotainmen
Infotainment
adalah salah satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera
ditayangkan. Dewasa ini, infotainment disajikan dalam program berita sendiri
yang terpisah dan khusus menampilkan berita-berita mengenai kehidupan selebriti. (Morrisan.2008 : 27)
H.
Konsep-konsep Teoritis
ü
Teori Agenda Setting
Dengan atau tanpa adanya
nama, ide mengenai agenda-setting ini telah ada sejak zaman penny press, Walter
Lippman dalam Public Opininon (1992) berpendapat bahwa orang tidak berhadapan
lansung dengan lingkungan mereka sebanyak mereka merespons pada “gambaran” yang
ada di kepala mereka. “oleh karena lingkungan nyata terlalu besar, terlalu
rumit dan terlalu singkat untuk dipelajari. Kita tidak diberi alat untuk
menghadapi begitu banyak detail, ragam, kemungkinan, dan harus membangunnya
kembali ke dalam model yang lebih sederhana sebelum kita dapat mengaturnya”. (Lippmann, 1992, hlm.16)
McCombs, sang pelopor agenda
setting, telah memulai sebuah upaya untuk mengembangkan dan memperluas teori
ini dengan menghubungkannya dengan teori media lain yang lebih luas.
Agenda
setting yang utamanya adalah perspektif efek tingkat mikro, memiliki pernyataan
penting lain sebagai sebuah teori tingkat makro- agenda building “proses yang
sering kali rumit ketika beberapa isu menjadi penting dalam arena pembuatan kebijakan”.
Agenda setting tahap kedua menyatakan bahwa media mengatur agenda politik pada
lapisan kedua level atribut (bagaimana memikirkan sesuatu), sementara lapisan
pertamanya adalah objek (apa yang seharusnya dipikirkan). (Stanley J. Baran &
Dennis K.Davis.2010: hlm 349)
ü Teori
Kultivasi
Teori kultivasi (cultivation) dikembangkan untuk menjelaskan
dampak menyaksikan televisi pada persepsi, sikap, dan nilai-nilai orang. Teori
ini berasal dari program riset jangka panjang dan ekstensif yang dilakukan George
Gerbner beserta para koleganya di Annenberg School of Communication di
University of Pennsylvania (Gerbner, Gross, Morgan, dan signorielli,1980).
Gerbner beserta para koleganya mulai dengan argumentasi bahwa televisi telah
menjadi tangan budaya utama masyarakat Amerika. “Televisi telah menjadi anggota
keluarga paling penting, anggota yang bercerita paling banyak dan paling
sering” (hlm.14).
Rata-rata
pemirsa menonton televisi empat jam sehari. Pemirsa “berat” bahkan
menonton lebih lama lagi. Tim gerbner menyatakan bahwa bagi pemirsa “berat”,
televisi pada hakikatnya memonopoli dan memasukkan sumber-sumber informasi,
gagasan, dan kesadaran lain, dampak dari semua pesan-pesan yang sama
menghasilkan apa yang oleh para peneliti ini disebut Kultivasi, atau pengajaran
pandangan bersama tentang dunia sekitar, peran-peran bersama, dan nilai-nilai
bersama.
Jika teori kultivasi benar, maka televisi mungkin
mempunyai dampak yang penting tetapi tidak kentara pada masyarakat. Misalnya,
teori kultivasi menyatakan bahwa karena sering terlalu sering menonton membuat
orang merasa dunia ini adalah tempat yang tidak aman.
Teori Pembelajaran Sosial
Sebuah teori dari bidang psikologi yang berguna dalam
mempelajari dampak media massa adalah teori pembelajaran sosial (social
learning theory) Albert Bandura (Bandura,1997,1994) teori yang menyatakan bahwa
terjadi banyak pembelajaran melalui pengamatan pada perilaku orang lain. Teori
ini terutama berharga dalam menganalisis kemungkinan dampak kekerasan yang
ditayangkan di televisi, tetapi teori ini juga merupakan teori pembelajaran
umum yang dapat di aplikasikan pada bidang-bidang dampak media massa lain.
Teori penguatan, salah satu rumusan awal teori
pembelajaran, menyatakan bahwa pembelajaran terjadi ketika sebuah perilaku
dikuatkan dengan suatu penghargaan. Seandainya ini merupakan satu-satunya cara
terjadinya pembelajaran, orang akan mencoba sendiri perilaku yang menyebabkan
hukuman. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa orang mungkin menghindari
pendekatan pembelajaran yang tidak efisien ini dan mungkin memperoleh suatu
perilaku hanya dengan pengamatan dan menyimpan pengamatan itu sebagai petunjuk
untuk perilaku ke depan.
Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa manusia mampu
menyadari atau berpikir dan bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari
pengamatan dan pengalaman. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa banyak
pembelajaran manusia terjadi dengan menyaksikan orang lain yang menampilkan
perilaku beraneka ragam. Jenis pembelajaran ini juga dapat dengan jelas terjadi
melalui media massa.
Banyak dari dampak media massa mungkin terjadi melalui
proses pembelajaran sosial. Dampak ini meliputi orang yang belajar bagaimana
berpakaian dengan mode baru, orang yang mendapatkan pelajaran baru mengenai
bagaimana berkencan, dan lain-lain. (Werner
J.Severin-James W.Tankard,Jr. 2009)
ü Teori Ketergantungan Sistem Media
Dalam istilah yang sederhana, berasusmsi bahwa semakin seseorang menggantungkan kebutuhannya untuk dipenuhi oleh penggunaan media, semakin penting peran media dalam hidup orang tersebut sehingga media akan semakin memiliki pengaruh kepada orang tersebut. Dari presfektif sosial
maskroskopik, jika semakin banyak orang bergantung pada media, maka instusi media akan mengalami perubahan, pengaruh media keseluruhan akan muncul, dan peran media di masyarakat akan menjadi lebih besar.
Melvin Defleur dan sandra Ball- Rokeach
(1975,hlm 261-263) telah memberikan penjelasan yang leih utuh kedalam beberapa pernyataan:
·
Dasar pengaruh media terletak pada hubungan antara sistem sosial yang lebih besar, peranan media
didalam sistem tersebut,
dan hubungan khalayak dengan
media.
·
Derajat ketergantungan khalayak terhadap
informasi media adalah variabel
kunci dalam memahami kapan dan bagaimana
pesan media mengubah
keyakinan, perasaan atau perilaku khalayak.
·
Dalam masyarakat industri, kita menjadi
semakin bergantung pada media
Untuk memahami dunia sosial, bertindak
dengan benar, serta untuk
fantasi dan pelarian.
·
Semakin besar kebutuhan sehingga semakin besar ketergantungan semakin besar kemungkinan. (Stanley
J. Baran & Dennis K.Davis.2010)
I.
Hipotesis
Berdasarkan variabel-veriabel dan kerangka teori
penelitian, kesimpulan sementara penulis terhadap penelitian ini adalah
persepsi setiap individu memandang dunia berkaitan dengan apa yang dia
butuhkan, apa yang dia nilai, apakah sesuai dengan keyakinan dan budayanya itu
berbeda-beda termasuk persepsi ibu rumah tangga adalah sebagai berikut:
ü Ada hubungan yang terjadi dalam komunikasi ibu-ibu
rumah tangga terhadap minat dalam menonton tayangan infotainment.
ü Ada pengaruh yang terjadi antara Informasi hiburan
atau infotainmen yang biasa ditonton ditelevisi bagi pemirsa televisi khususnya
ibu rumah tangga karena mereka dapat menyaksikan trend yang terjadi masa kini
serta menyaksikan kehidupan sehari-hari idola mereka.
J.
Kerangka
Pikir/Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari betapa sering kita
menampilkan persepsi terhadap realitas dunia. Seperti halnya presepsi yang
dimiliki oleh ibu rumah tangga di Btn Nusa Indah kecamatan Palangga mengenai
tayangan berita hiburan atau yang dikenal dengan Infotainmen. Mengapa ibu rumah
tangga dipilih didalam penelitian ini karena merekalah yang dominan dalam
menyaksikan tayangan infotainment. Berdasarkan penelusuran dan kajian maka disusunlah
skema kerangka pikir yang berfungsi untuk menjadi landasan pikir peneliti dalam
melakukan pembahasan dan menyimpulkan hasil penelitian dengan judul “Persepsi
Ibu Rumah Tangga Di Btn Nusa Indah Kecamatan Palangga Terhadap Berita Hiburan/Infotainmen
Di Televisi” sebagai
berikut:
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan
Penelitian
Adapun pendekatan penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif yakni riset yang
menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman
data atau analisis. Periset lebih
mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap
merupakan represenntasi dari seluruh populasi.
B.
Jenis
Penelitian:
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
ü Data kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada sample filsafat positivism, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
C.
Populasi
Dan Sampel
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode yang mengambil sampel dari populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan
yang pokok.
populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di BTN Nusa Indah kecamatan Palangga, Gowa.
populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di BTN Nusa Indah kecamatan Palangga, Gowa.
Sedangkan penentuan sampel dilakukan
dengan cara Sampel purposif (purposive sampling) yakni Memilih
orang-orang tertentu dengan pertimbangan: Mewakili statistik, tingkat
signifikansi, prosedur pengajuan hipotesis.
Yaitu dilakukan dengan Rumus Yamane
n =
N = Jumlah populasi
d = tingkat kepercayaan
n =
jumlah sampel
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri
atas dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data
yang diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan kepada informan. Data ini
dibuat untuk menghimpun informasi mengenai karasteristik responden, pengetahuan
responden tentang tayangan infotainment dan segala yang mempengaruhi tentang
tayangan infotainment.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh
dari perpustakaan, buku-buku mengenai proposal penelitian serta dokumen-dokumen
yang berkaitan erat dengan penelitian ini.
E.
Teknik
Analisis Data
Dalam
penelitian ini analisis yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yakni analisis data terbagi menjadi dua
yakni kegiatan mendeskripsikan data dan melakukan uji statistik (inferensi).
Kegiatan mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna
memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti
peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan.
Kegiatan mendeskripsikan data dilakukan dengan pengukuran statistik deskriptif.
DAFTAR
PUSTAKA
Suyanto bagong,
sutina,h, 2005. Metode penelitian sosial. Jakarta : prenada media group.
Krisyantono Racmat, 2009.
Tekinik Praktis Riset Komunikasi Disertai Cotoh Praktis Riset Media, Pulic Relation, Adversiting, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Predana Media Group.
Baran J. Stanley & Davis K. Dennis, Teori Dasar,
Komuikasi pergolakan, dan Masa Depan massa.(Jakarta: Penerbit Selemba Humanika,2010).
Hartono Dudi Iman, Infotainment: proses produksi dan praktik junalistik. (Jakarta: PT
Akademia Permata).
Liliweri Alo, Komunikasi serba ada serba makna. (Jakarta: Kencana,2011)
Morrisan.
2008.Hal.27. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta:Kencana
Skripsi
Nurmihailoa Nabiu Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin